MEMBACA ARAH KIBLAT DENGAN ILMU UKUR SEGITIGA BOLA

Arah kiblat menjadi suatu kebutuhan vital bagi umat muslim terutama ketika menjalankan kewajiban shalat. Para ulama pun turut menyepakati bahwa syarat sah shalat salah satunya adalah dengan menghadap ke arah kiblat. Kendati demikian, banyak orang yang tidak secara detail memperhatikan arah kiblat dan hanya sebatas mengira-ngira.

Arah kiblat adalah arah di mana Ka’bah berada, yaitu di Kota Mekah, Saudi Arabia, negeri gersang berpadang pasir yang menjadi pusat tempat beribadah umat muslimin dimanapun berada. Jika dari Indonesia, arah kota Mekah berada di sebelah barat. Oleh sebab itu, tak heran bila masyarakat Indonesia kerap kali menyebut arah menghadap shalat adalah menghadap arah barat.

Sementara itu, menentukan arah kiblat sebenarnya tidak sesederhana menyebut arah barat. Dalam Matematika, ada Spherical Trigonometri atau Ilmu Ukur Segitiga Bola yang salah satu aplikasinya adalah dapat digunakan untuk menentukan arah kiblat. Mekah yang di dalamnya terdapat Kabah dapat diketahui dari setiap titik di permukaan bumi yang ditentukan oleh dua komponen yaitu garis lintang (Latitude-ᵩ) dan garis bujur (Latitude-λ).  Pada penentuan arah kiblat, ada tiga titik yang perlu diketahui yaitu; titik Kabah, titik lokasi yang akan ditentukan arah kiblatnya, dan titik kutub utara. Jika ketiga titik digabungkan, maka akan membentuk garis lengkung pada lingkaran besar yang disebut sebagai segitiga bola.

Ketika mempelajari Ilmu Ukur Segitiga Bola, alam akan selalu menjadi penawar dari misteri-misteri yang ada, dan Matematika yang menjembataninya. Ketika itu, pertanyaan tentang ‘apa manfaatnya mempelajari trigonometri?’ akan terjawab dan sin cos tan tak hanya sekadar ingatan di sudut kepala. Dibantu dengan posisi matahari berada, maka akan terjawablah ke mana arah kiblat tertuju.

Jam berapa bayangan matahari searah kiblat pada tanggal 11 April 2018 di UMS?

Pertanyaan sederhana yang menuntun mahasiswa dapat mengetahui pada jam berapa bayangan matahari searah kiblat. Untuk menjawabnya, hanya perlu delapan langkah yang dimulai dari menghitung Bujur Matahari yang menggunakan satuan buruj, menghitung selisih yang terbentuk dari Bujur Matahari, menentukan Deklinasi Matahari atau sudut yang terbentuk antara lintasan matahari dengan katulistiwa/equator, menggunakan dua rumus bantuan bersimbolkan P dan CP yang melibatkan trigonometri seperti cotangen, tangen, sinus, dan cosinus, kemudian ditutup dengan menghitung Waktu Daerah yang mengantarkan pada kesimpulan di hari itu bayangan matahari akan searah dengan kiblat di jam sekian.

Menjawab soal itu, diperolehlah hasil akhir bahwa pada tanggal 11 April 2018 arah kiblat searah dengan bayangan matahari terjadi pada jam 13.46 WIB.  Bukankah menyenangkan, ketika bisa mengetahui bahwa serumit apapun matematika, ia dapat menjadi jalan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan alam? (Dian Aulia Citra Kusuma)