Tingkatkan Cinta Tanah Air Anak-Anak Indonesia di Luar Negeri, MathEdu UMS Gelar Pengabdian Internasional di Malaysia

4 September 2024 – Dalam upaya menumbuhkan semangat cinta tanah air dan kebanggaan terhadap warisan budaya untuk anak-anak Indonesia yang tinggal di luar negeri, Tim Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Program Pengabdian Kepada Masyarakat – Kemitraan Internasional (PKM-KI) di Sungai Buloh, Malaysia.

 

Pengabdian dengan tema “Program Peningkatan Cinta Tanah Air Indonesia Melalui Pembelajaran Matematika Terintegrasi Permainan Tradisional”. Pengabdian ini bekerja sama dengan Sanggar Bimbingan Sungai Buloh, Malaysia. Tim Pengabdian ini diketuai oleh Naufal Ishartono, Ph.D dengan anggota Nuqthy Faiziyah, M.Pd., Adi Nurcahyo, M.Pd., selaku dosen dan Fayza Putri Chalistha selaku mahasiswa Pendidikan Matematika UMS. Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah siswa-siswa Sanggar Bimbingan Sungai Buloh. Pengabdian ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika sekaligus menanamkan kecintaan pada budaya bangsa melalui permainan tradisional.

 

Pengabdian ini mengintegrasikan 3 permainan tradisional yaitu congklak, benthik, dan engklek ke dalam pembelajaran matematika. Siswa diajak belajar matematika dengan menyenangkan melalui pengalaman bermain yang melibatkan konsep Bilangan matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pola. Harapannya permainan yang diberikan dapat mengajarkan kerja sama dan strategi, anak-anak tidak hanya meningkatkan keterampilan berhitung tetapi juga memperoleh pengetahuan tentang akar budaya mereka.

 

Cikgu Yus yang merupakan pengajar di Sanggar Bimbingan Sungai Buloh, mengemukakan bahwa metode ini merupakan metode belajar matematika yang menyenangkan dalam pembelajaran. “Program ini sangat-sangat membantu dalam pembelajaran matematika sehingga siswa-siswa dapat belajar matematika dengan cara yang menyenangkan sekaligus siswa dapet bermain permainan dari Indonesia, karena saya sendiri masih belajar bagaimana cara belajar matematika yang menyenangkan. Semoga program ini bisa terus dilanjutkan,” ungkap Cikgu Yus.

 

Di samping memperkuat kemampuan matematika, program ini juga memperkenalkan sejarah dan filosofi di balik permainan tradisional Indonesia. Misalnya, melalui benthik, siswa-siswa diajak untuk memahami konsep penjumlahan, kelipatan, bilangan ganjil, dan bilangan genap  secara interaktif, sekaligus belajar tentang nilai kebersamaan  dan kerjasama dalam tim yang tercermin dalam permainan tersebut.

 

Program ini mendapatkan antusiasme yang tinggi dari siswa-siswa SB Sungai Buloh. Mereka merasa senang karena tidak hanya belajar matematika, tetapi juga bermain sambil mengenal budaya Indonesia. “Seronok lah Cikgu dapat berhitung sambil bermain, nak main lagi lah,” ujar salah satu siswa SB Sungai Buloh. Siswa-siswa lain juga merasakan hal serupa, di mana mereka tetap bisa merasa dekat dengan Indonesia meskipun tinggal di luar negeri.

 

Melalui program ini, anak-anak Indonesia yang tinggal di luar negeri diharapkan tidak hanya menguasai matematika, tetapi juga mengenal, menghargai, dan melestarikan warisan budaya Indonesia, di manapun mereka berada.

(Fayza Putri Chalistha/Asisten Laboratorium)